DUMAI (DNN) – Dengan ditandai masuknya tahun politik baik Pemilu maupun Pilkada kita bisa melihat dimana-mana berseliweran serta terpampangnya baliho – baliho maupun spanduk menghiasi di tempat – tempat keraiaman yang mudah terlihat adanya para calon-calon yang akan maju di kontestasi politik.
Dan tidak terkecuali pula di berbagai Platform media-media online mulai melihatkan berbagai cara mengenalkan tokoh – tokoh yang di tampilkannya baik dari segi kegiatan sosialnya serta membangun citra kandidat yang ia gadangkan.
Disamping itupula banyak juga media-media online mencoba memframing dari segi positif maupun negatif calon-calon lain dengan tujuan menurunkan citra kandidat lain dan maupun menaikan citra pasangan yang ingin di suguhkan ke publik.
Ini jelas sangat terlihat dari beberapa minggu ini disaat masuknya tahun politik, di lain terpisah terkait fenomena ini Awak media mencoba meminta pandangan kepada salah satu pemuda dan sekaligus pakar hukum yang ada di kota Dumai yang juga berprofesi sebagai Pengacara sekaligus Akademisi yang saat ini sedang menempuh kuliah Program Doktoral Hukum di salah satu Universitas yang ada di Riau Bung Eko Saputra,.SH,.MH,.CPL,CPM.
“Memang fenomena – fenomena ini sering terjadi disaat pemilu Maupun Pilkada jadi tidak heran, dimana kita melihat banyak media-media mencoba memainkan trik baik opini atau memframing salah satu kandidat untuk mendongkrak elektabilitas atau untuk menjatuhkan kandidat lain, ungkap Bung Eko.
Cara-cara itu didalam keilmuan Emotional Psikis memang sangat efektif untuk mempengaruhi masyarakat serta pola pikir diantaranya yaitu pertama dengan cara FRAMING dan trik ini dipakai oleh media biasanya untuk merubah cara berita disampaikan dan di terima dengan maksud menggiring opini publik tanpa disadari, lalu yang kedua FEAR-MONGERING yang juga dipakai oleh media-media untuk memamfaatkan ketakutan yang tidak lain dan tidak bukan untuk mempengaruhi keputusan dan opini dengan tujuan masyarakat mudah untuk dikendalikan, maksud trik ini ingin mencoba menakuti masyarakat dengan tindakan atau perilaku buruk yang akan atau pernah dilakukan oleh calon kandidat tadi yang akan maju, yang ketiga EMOTIONAL APPEALS yaitu seni persuasi yang main diperasaan yang dimana pesan yang disampaikan oleh media-media tersebut dapat menyentuh dan bikin masyarakat mikir dua kali untuk sebelum mengambil sikap, nah trik ini biasanya ditampilkan oleh media menyasar sikap para calon yang sangat ramah dan humble serta mudah bersosialisasi ditengah masyarakat dan sering media – media ini menampilkan citra yang baik-baik saja agar terkesan merakyat dan sebagainya, dan keempat PROPAGANDA yaitu dimana media-media mencoba menarik masyarakat ke fokus satu hal untuk melakukan konflik dengan tujuan agar saling tuding menuding.
Didalam ke empat tersebut itu sering kita jumpai dibeberapa media sosial atau media online untuk bagaimana merebut simpati atau perhatian publik, dan walaupun tidak semua media seperti itu dan ada juga beberapa media netral menjalankan tugas dan fungsinya sebagai jurnalis,”ungkap Bung Eko.
Maka dari itu untuk tidak sampai masyarakat terjebak oleh media politik tersebut dan alangkah baiknya untuk tidak menelan semua informasi tersebut apakah informasi tersebut terkandung informasi yang menyesatkan atau malah menimbulkan keresahan, apalagi kita menginginkan pilkada ini kondusif serta damai di tengah-tengah masyarakat nantinya saat pilkada berlangsung tanpa adanya kericuhan serta kegaduhan antar sesama kita, “tutur Bung Eko.
Komentar